BlogDetik86, Sewaktu anda masih kecil pasti pernah mengenal metode cara membaca “Ini Budi”, cara ini sudah membantu jutaan anak Indonesia menjadi cepat mengenal bahasa Indonesia dan menjadi mudah dalam membaca. Metode ini diciptakan oleh seorang pendidik yang bernamaSiti Rahmani Rauf.
Sosok inspiratif ini kini sudah tidak muda lagi, beliau kini sudah berusia 97 dan terbaring lemah di ranjang rumahnya. Ia tinggal di sebuah rumah tua berlantai 2 bercat abu-abu yang berlokasi di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat.
Rumah ini terlihat cukup sederhana dan asri untuk menghabiskan masa tua Siti. Terlihat cukup banyak tanaman hijau yang menghiasi beranda depan rumah, dan ada beberapa kursi plastik yang tersusun rapi disana membuat kesan hangat sangat kental terasa di rumah ini.
Kondisi terkini Siti Rahmani Rauf
Dilansir dari detikcom, inilah kondisi terkini dari sosok inspiratif dan penuh jasa di dunia pendidikan itu. Siti Rahmani Rauf kini terlihat begitu lemah mengingat usianya yang sudah hampir mencapai satu abad.
“Beliau guru lulusan dari sekolah Belanda, guru sejak umur masih 18 tahun. Dia dulu terakhir bekerja di SD Tanah Abang 5 sebagai kepala sekolah tahun 1976,”
Siti Rahmani Rauf adalah seorang pendidik yang lama berkiprah di pulau Sumatera, beliau lahir di Sumatera Barat pada 5 juni 1919. Siti menjadi tenaga pendidik selama 15 tahun di Sumatera sejak tahun 1938 hingga tahun 1953. Dan pada tahun 1954, bersama sama dengan suami dan anak anaknya, Siti kemudian pindah ke Jakarta.
Kisah dibalik buku “ini Budi”
Karmeni Rauf (63), putri dari Siti Rahmani Rauf menceritakan kisah di balik pembuatan buku “Ini Budi” yang sangat melegenda hingga sekarang ini. Berdasarkan cerita Eni, Sang Bunda, Siti Rahmani Rauf mendapatkan proyek “ini Budi” pada tahun 1986, saat itu beliau tinggal di Depok.
“Sekitar tahun 80-an deh ya. Setelah pensiun, mami mendapatkan proyek dari Kementerian pendidikan, proyeknya itu membuat alat peraga, jadi mami nggak buat buku paket. Dulu kan Bahasa Indonesia buku paketnya “Ini Budi” dari pemerintah, tapi waktu itu Kementerian Pendidikan butuh alat peraga ya berupa gambar-gambar gitu, nggak cuma teks,”
Mengikuti jejak ibunya sebagai tenaga pendidik, Eni juga berprofesi sebagai merupakan guru sekolah dasar. Ia kemudian menggambarkan respons ibundanya kala itu. Siti menerima dengan tangan terbuka proyek dari Kementerian Pendidikan tersebut. Salah satu faktor utama mengapa Siti menyanggupi permintaan ini adalah kecintaan Siti kepada dunia pendidikan, Siti juga mempunyai hobi menggambar sejak kecil
“Mami sih menyanggupi karena memang hobinya menggambar, ‘Bisa saya’ kata ibu saya. Habis itu, dia ciptakan alat peraga itu, diciptakan berupa metode SAS, Struktur Analisa Sintesa.. Sebelum ini metodenya metode eja,”
Proyek ini kemudian dikerjakan Siti kurang dari satu tahun dan segera dicetak dan diseberkan hingga seluruh wilayah Jawa dan Sumatera. “Ini Budi” kemudian menjadi buku yang begitu digemari oleh anak kelas 1 SD.
“Ya namanya anak-anak kan pasti suka gambar. Dalam “Ini Budi”, mami juga membuat anak menjadi aktif dalam pembelajaran. Kan dalam penerapannya juga ada permainan-permainan. Saat saya keliling buat sosialisasi, anak-anak terlihat sangat senang,”
Siti Rahmani Rauf kini sudah tidak muda lagi, kondisinya kini sangat lemas dan tidak dapat diajak berbicara.
Terima kasih Ibu Siti Rahmani Rauf atas segala pengabdianmu di dunia pendidikan. Karyamu ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, dan kami semua berdoa untuk kesembukan ibu Siti Rahmani Rauf, sosok inspiratif dibalik “ini Budi”.Hello-pet.com
baca juga :
EmoticonEmoticon