Ide cerdas !!! Ini Langkah Ahok Agar Kasus Pemerkosaan Anak Tak Terjadi di Jakarta

01.00.00

BlogDetik86: Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Poernama (Ahok) mengatakan telah mengantisipasi agar kasus pemerkosaan anak tak terjadi di Jakarta. Antisipasi tersebut dilakukan dengan membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di sejumlah titik di DKI Jakarta.

"Di Jakarta, kita berusaha semua orang itu saling kenal. Kita ingin orang saling memperhatikan dan memperdulikan. Salah satu wujudnya makanya kita membangun RPTRA," kata Ahok usai meresmikan GPIB Jemaat Petra, Jalan Jampea Raya, Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (8/5/2016).

Selain dibangunnya RPTRA, kata Ahok, pemerintah provinsi juga akan membuat pos pengaduan dinamakan clue. Jadi masyarakat bisa melakukan pengaduan jika merasakan bahaya di suatu tempat. Kemudian, Satpol PP akan ditugaskan ke daerah tersebut untuk berjaga-jaga.


"Dan kita juga membangun di dalam clue kamu juga bisa melaporkan kalau ada merasa bahaya. Jadi kalau kamu jalan lewat mana, terus merasa ada was-was atau bahaya kamu bisa lapor di clue. Sehingga nanti clue, akan kami kirim Satpol PP supaya kita bisa lihat, daerah mana yang agak kelihatannya orang takut," jelas dia.

Menurutnya, upaya pemprov DKI ini dapat berjalan jika ada partisipasi dari masyarakat. Masyarakat seharusnya dapat pro aktif melaporkan daerah-daerah mana sajayang rawan kejahatan.

"Nah kalau di Jakarta, partisipasi masyarakat itu dibutuhkan itu makanya kita membangun banyak tempat seperti RPTRA," ujar dia.

Sementara itu, mengomentarai aksi kemanusiaan beberapa warga di acara Car Free Day (CFD) tadi pagi atas kasus YY, Ahok menambahkan, dirinya tidak melarangnya kalau kegiatan itu hanya untuk mengekspresikan keresahan masyarakat. "Saya kira kalau selama hanya untuk mengekspresikan masyakarat ya kita tidak larang juga untuk seperti itu," ucapnya.

Pagi tadi, aksi solidaritas untuk YY, korban pemerkosaan dan pembunuhan 14 pemuda di Bengkulu digelar di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat.

Pantauan di lapangan, spanduk sepanjang 300 meter dibentangkan saat CFD di Bundaran HI. Masyarakat berbondong-bondong membubuhkan tanda tangan mereka. hal tersebut sebagai simbol kepedulian dan keprihatinan atas apa yang menimpa YY dan korban kekerasan seksual lainnya.

YY, gadis berusia 14 tahun dipemerkosa dan dibunuh 14 pelaku. Kejadian berawal saat 14 pelaku berpesta minuman keras jenis tuak.

ABG berusia 14 tahun asal Bengkulu yang baru pulang dan masih mengenakan seragam SMP melintas di area para pelaku yang sedang bermabuk-mabukan tersebut. Melihat ABG itu melintas, para pelaku langsung memerkosa dan membunuh serta membuang jasadnya ke jurang sedalam lima meter.

YY bukan lah satu-satunya anak perempuan yang harus menemui ajal akibat kekerasan. Data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyebutkan, tahun lalu ada 321.752 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan, 2.399 di antaranya merupakan kasus perkosaan.

Sementara itu, kasus kekerasan pada anak hingga Agustus 2015 sebanyak 1.726 kasus, 58 persen di antaranya kasus pelecehan seksual.

Kasus menyita perhatian publik, Presiden Joko Widodo bahkan berharap pelaku dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Jokowi menegaskan, perempuan dan anak harus dilindungi dari kekerasan. Presiden Joko Widodo menginginkan pelaku dihukum berat

Sementara itu, Menteri Kesejahteraan Sosial Khofifah Indar Parawansa menilai hukuman maksimal harus dijatuhkan pada 14 pelaku. Pelaku harus mendapat efek jera melalui hukuman.

Tak hanya pemerintah, berbagai LSM dan kelompok antikekerasan terhadap perempuan dan anak ikut bergerak. Berbagai aksi mereka lakukan. Desakan pemberian hukuman mati atau pidana seumur hidup mulai kencang. Polda Bengkulu yang membawahi kepolisian yang menangani kasus ini dituntut fokus menangani kasus ini.
Metrotvnews.com
baca juga :

di Saat yang lain libur panjang inilah yang dilakukan Ahok ke warganya

Ini lima sosok muslim pertama yang duduki kursi pemerintahan Barat


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »